Pengelolaan Mesjid, Kita Utamakan Kesucian
Secara sejarahnya, pada tahun 1982, saya nak tahu apa itu al-Qur’an dan hadits. Saya terus mencari itu. Tapi setelah saya terus mencari, saya tidak mendapatkan kemantapan dalam diri saya. Pada tahun 1987, ada suatu peristiwa, ada pengajian al-Qur’an al-Hadits. Justru di situlah saya dapatkan jawaban atas apa yang saya cari-cari.
Setelah saya mengikuti, saya semakin merasa mantap, meski saya tidak tahu bahwa itu adalah LDII. Saya baru tahu bahwa di Indonesia sana, disebutnya LDII. Setelah itu, ramailah yang mengaji al-Qur’an dan hadits.
Ada juga anak-anak Malaysia yang dikirim ke Kediri, termasuklah anak saya yang sulung. Setelah sarjana, saya kirim ke sana. Jadi saya kenal dengan pimpinan-pimpinan di sana. Waktu saya pergi ke Mekkah, saya jumpa lagi di sana. Meski karena saya pegawai polis, waktu itu saya tidak boleh secara aktif mengikuti Pengajian al-Qur’an dan hadits.
Bagaimana saya bisa dikenal oleh DPP LDII, karena pertama sekali saya ini pegawai polis, yang pernah ditempatkan di sana-sini. Mungkin juga karena kepemimpinan saya di sini. Semula jadi sajalah.
Mengajinya? Cara mengajinya (LDII) begini. Kalau kita mengaji al-Qur’an, kita semua yang mengikuti sama-sama memegang al-Qur’annya. Dalam al-Qur’an itu, kita mencatatnya. Setelah lama saya mengikuti, saya juga boleh menyampaikannya kepada yang lain. Begitu pula dalam soal pembelajaran hadits. Oleh karena lama-kelamaan, kita boleh faham, dan boleh menyampaikan.
...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment